Tulisan ini terbesit saat saya sedang bercermin di toilet kantor. ****Sret sret sret.. Langsung flashback ke jam 6 pagi tadi.***
Pagi ini aku panik, karena seragam kerja ku untuk hari kamis ternyata tidak ada di lemari π±.
Cuma satu kemungkinannya, pasti masih ada di abang Laundry! Karena abang laundry yg satu ini walaupun murah dia punya kekurangan yaitu males nganter kalau ga ditanya, bahkan dia bisa ga nagih bayaran kalau kitanya ga inisiatif nanya udah dibayar apa belom bang? π
. Ini kelebihan apa kekurangan yak? Kalian simpulkan sendiri sajalah.
Saat ditagih dia janji bahwa seharusnya cucianku ini sdh diantar sejak senin. Tapi rupanya memang abang laundrynya sering lupa, dan aada saja alasannya. Nah karena kuyakin seragamku ada di laundry, maka pagi ini sebelum berangkat kerja aku mampir ke tokonya. Eh ternyata diketok2 hingga jam 8 kurang masih belum buka doong.
Nanya ke tukang galon yg mangkal di sebelah ternyata dia bilang laundry biasanya bukanya jam 10. Krna dia tutupnya larut malam. Mungkin masih tidur. Hmmm... π
Akhirnya terpaksa ke kantor dengan kemeja biasa yg bukan seragam kerja, hanya warnanya saja yg mendekati. Harusnya biru dongker, saya pakai kemeja biru doang, hadeuhπ
. Semoga saya tahan malu nanti kalau dibully teman2 kantor. Apalagi ditanya atasan. Sudah ada niat untuk mengcover kemeja ini dengan jaket atau sweater. Kalau ada yg nanya blg aja ga enak badan.
Hingga akhirnya saya sampai di parkiran kantor dan lupa gapake jaket π. Semua org terlihat seragam, beberapa kelompok terlihat rapi dgn biru dongkernya menuju pintu masuk. Saya berusaha bergabung dengan kumpulan org biar ga terlalu terlihat beda. Otak saya pun terus berputar memikirkan sejuta alasan untuk menjawab netijen julid yg PASTI menanyakan kenapa saya ga pake seragam. FFUIHHH... Berusaha berani walaupun deg2an jantung ini takut diketawain, dibully, atau dianggap berbeda.
gambar hanyalah ilustrasi |
Cobaan pertama ketika masuk kantor barengan org2 berseragam. Aku mencoba menghindari tatapan mata orang dan agak sedikit nunduk. Berhasil. Ga ada yg nanya perihal warna kemejaku yg tdk sama dengan mereka. Tidak ada cap nama kantor juga di dadaku. Haha. Beruntung mereka rata2 bukan teman akrabku sehari-hari jadi jarang nyapa.
Cobaan kedua ketika naik ke lantai 2 dan masuk ke ruangan kerja. Ah tydack. Saya semakin deg2an. Rasa takut dan khawatir dipandang berbeda kembali menyeruak!
Akupun duduk di meja kerjaku. Dan berniat diam dsini saja biar ga keliatan oleh lebih banyak orang. Alhamdulillah tidak ada yg bertanya. Lama kelamaan semuanya mengalir begitu saja. Kami bekerja secara normal, saya berinteraksi, koordinasi dengan ruangan lain kesana kemari. Ada seriusnya kerja, ada sedikit bercanda. Ada ngopi dulu ke pantry biar ga ngantuk. Hingga di tengah siang hari aku merasa perlu ke toilet, dan melihat outfitku di depan cermin. Astaga! Ternyata aku hampir lupa kalau hari ini aku tampil beda. Seragamku tak sama dengan yang lain. Tapi loh kenapa tidak ada yg mempertanyakan perbedaanku? Hah aneh.
Ternyata kusimpulkan. Semua kekhawatiranku sedari pagi hanyalah ilusi yg kuciptakan sendiri di otakku, di alam bawah sadarku. Begitu takut aku menghadapi hari ini. Hingga berniat untuk berdiam diri dan bahkan bersembunyi, takut dengan gibahan netijen julid. Yang ternyata ketakutanku itu tidak terbukti, setidaknya hingga siang ini. Tak ada yg bertanya seorangpun mengapa aku tak pakai seragam kerja. Setidaknya sampai siang ini, tak tahu sore nanti.
Ah rupanya tak mengapa tampil berbeda.
Asal tak sering2 saja. Ini kan memang tak sengaja, karena aku yg tdk mempersiapkan hari ini dengan baik. Akhirnya aku bertekad untuk lebih baik lagi mempersiapkan diri di esok hari. Semoga tak terulang lagi π.
Terimakasih ya Allah yg telah menjaga aibku. Sehingga aku tidak dibully hari ini π. Alhamdulillah.
kenapa nggak nyuci sendiri aja mas setelah mandiπ
BalasHapus