Tanggal Sembilan Belas Mei Dua Ribu Dua Belas nanti bakal jadi salah satu hari paling bersejarah dalam hidup saya, pasalnya di tanggal tersebut saya akan mengucapkan janji sehidup semati, janji yang tentunya tak ingin aku ulangi di kemudian hari dengan orang lain selain calon istriku ini. Pendamping hidup yang kupilih dari hati, yang kupilih karena ridho orangtuaku, yang kuharap juga diridhoi Tuhanku.
Persiapan menjelang janji suci itu ternyata tak semudah membalik telapak tangan, tak setenang ketika hanya mendampingi sanak saudara yang menikah. Tentu saja karena hari itu saya sendiri yang bakal jadi aktor utamanya. Sayalah sang pangeran bagi putri cantik yang jadi istriku kelak. Dagdigdugnya memang tak terasa sejak jauh-jauh hari,, tapi semakin mendekati hari H, rasa khawatir dan cemas terus menggoda-goda membuat hati ini tak tenang. Bukan hanya tentang bagaimana nantinya antara aku dan dia setelah menikah,, tapi justru lebih terasa tentang bagaimana kesiapan kami mempersiapkan hari itu. Apalagi ternyata pernikahan jaman sekarang tidak hanya sekedar cukup syarat dan rukun nikah yang diakui syah secara agama, tapi ada juga budaya dan kebiasaan masyarakat yang seolah kurang jika tak dijalankan.
Padahal secara agama Islam sebetulnya pernikahan sudah syah cukup dengan memenuhi syarat dan rukun-nya, tentunya tanpa mengesampingkan tentang aturan Islam lainnya mengenai pernikahan. Syarat nikah yaitu adanya Ijab berupa penyerahan dari wali calon istri dan Qabul yaitu penerimaan dari calon suami yang ditandai dengan penyerahan mahar (mas kawin) untuk sang calon Istri. Juga Rukun nikah yang terdiri dari adanya kedua mempelay pria dan wanita, wali, dua orang saksi (pria dewasa), dan Adanya Ijab Qabul. Selesai! Tapi kenyataannya Rasulullah sendiri sebagai panutan muslim sedunia mencontohkan mengenai Walimah, yaitu pesta setelah akad nikah sebagai pemberitahuan kepada khalayak ramai akan perubahan status kedua pengantin dari lajang menjadi menikah, sehingga menjaga keduanya dari fitnah, meskipun tak harus mewah.
Mau tidak mau sebagai orang yang hidup dengan budaya dan kebiasaan sekarang kami pun yang akan menikah harus mempersiapkan segala persiapan supaya tidak mengecewakan para tamu, dari mulai upacara adat, adanya pesta pernikahan, hiburan yg disukai, juga persiapan tetek bengek lainnya yang ternyata cukup menyita waktu, tenaga, dan pikiran. Tentunya ini semua harus dijalani dengan ikhlas dengan harapan karena ini adalah pernikahan yang akan saya jalani hanya sekali seumur hidup,, pertama dan terakhir,, semoga Allah meridhoi :).
Tak terkecuali persiapan untuk mengundang para tamu hadir ke walimah (resepsi) pernikahan, jika jaman dulu mungkin cukup menyampaikan dari mulut ke mulut tentunya dengan perkembangan zaman sekarang ini rasanya tidak lengkap jika tak di sampaikan dengan kartu undangan. Perhitungan dengan cermat dan matang pun harusnya jauh-jauh hari sudah dilakukan untuk menghindari kekurangan stok undangan dan ketersediaan jamuan untuk para tamu nanti tentunya. Tapi apa daya, namanya manusia, seberusaha sempurna apapun merencanakan tetap Allah jua yang menentukan. Dan bukan hanya pada persiapan undangan pernikahan saya saja, pasti banyak juga persiapan undangan pernikahan lainnya yang mengalami teman dan kerabat dekat terlupa, tak masuk dalam daftar tamu yang diundang, padahal mungkin orang tersebut punya kekerabatan yang dekat dengan kita. Akhirnya berbagai cara harus disiasati, mungkin dengan mencabut nama calon undangan yang kurang dikenal misalnya, atau bahkan sampai menambah lagi cetakan undangan. Sesuatu yang sebetulnya bukan keharusan untuk mengundang dengan kartu undangan yg dicetak rapi dan bagus, tapi jaman sekarang akan seolah menjadi kurang sopan jika hanya disampaikan lewat mulut.
Tak terkecuali dengan saya, beberapa hari lalu saya yang berkunjung ke sebuah bank swasta untuk menjalankan tugas, saya bertemu dengan petugas customer service yang karena seringnya bertemu kita sudah tak lagi seperti nasabah dengan petugas bank. Tapi mungkin sudah serasa teman sendiri. Di akhir keperluan dan pembicaraan kami seputar pekerjaan sang customer service bank tersebut nampak sibuk kesana kemari, ternyata sepucuk kartu undangan berwarna merah emas ia sampaikan kepada saya, tertulis namanya dengan calon istri di sampul depan tertanggal undangan 27 Mei 2012.
Waaah,, spontan saya ucapkan selamat. Tapi dalam hati saya teringat, bahwa untuk pernikahan saya yang dalam waktu dekat saja saya lupa untuk mengundang kerabat yang satu ini. Sambil pamitan kembali ke kantor saya pun akhirnya tak berani bilang-bilang perihal pernikahan saya 19 Mei, seminggu sebelum pernikahan si kerabat. Kalau sudah begini, jadi tak enak hati, masa yang mengundang saya hadir di pernikahannya malah ternyata tak saya undang untuk hadir di pernikahan saya sendiri. Satibanya dikantor saya obrak-abrik sisa undangan, memilih satu nama yg paling jauh kekerabatannya, cabut label nama yang tertempel, edit file cetakan label di komputer dan ganti dengan nama si customer service bank. Aaaah,, lega. Tinggal antar lagi ke bank, dan berharap nama yang saya cabut dari undangan tidak menagih untuk diberi kartu undangan. :D :D
*semoga
=========================================
~written by *cupZ* di laptop babeh, ditengah galau menanti akad nikah esok hari, sambil menunggu waktu Jumatan tiba,, from bdg with love...~
=fb=komen=
::Pencarian Cepat::
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
seribu kurang sedepa Kuhabiskan 9 tahun masa kecilku disini, sejak Sekolah Dasar Hingga lulus SMP. Sampai tiba waktuku yang mengharus...
-
Kubuka google.com,, kutuliskan apa yang sangat kubutuhkan pagi itu,, "Mohon Tuhan untuk kali ini saja beri aku kekuatan" kata-kata...
-
Download Jadwal Piala Dunia Afrika Selatan 2010 - Fifa World Cup South Africa 2010 Schedule Baru dapet kiriman elektronik nih dari seorang t...
-
Gonjang-ganjing kursi kepelatihan tim Persib Bandung berakhir sudah. Siang tadi, 27 Juli 10, manajer sekaligus ketua umum PT. PBB (Pesib Ban...