Pikiranku kali ini melayang ke sebuah pagi di bulan Ramadhan lalu. Biasanya pagi Ramadhanku menjadi saat dimana mata ini rasanya menjadi sipit -mungkin juga rapet, sepet- untuk memulai aktifitas, apalagi malam dan dini harinya kita terbiasa dengan ibadah tarawih dan makan sahur.
Pagi itu ada yang berbeda, ada sebuah warna yang membelalakkan, warna yang membukakan rapatnya kelopak mata, warna yang kukejar; BIRU LANGIT. Yup, sebuah warna terang yang mencolok diantara keramaian pagi dan buteknya polusi di jalan raya. Berlari kencang, berwarna terang, menyelinap, ke kiri dan ke kanan, menghilang, ku kejar, diantara padatnya lalu lintas pagi kota Bandung. Dia terlihat lagi! menyelinap lagi, hilang lagi, ku kejar lagi, muncul lagi, kudekati, kudekati,, dan biru langit berlari lagi, kencang, kesana kemari, ku kejar dan....
Menghilang. Lenyap!
Sekejap aku terhenyak. Menyesal telah kehilangannya, biru langit. Warna yang membukakan mata lelahku. Ingin kupacu kuda besi ini secepat kilat untuk mengejar si Biru Langit.
Astagfirullah hal 'adzim... sejurus kemudian gumamku berdengung dalam tempurung batok putih full-face pelindung kepalaku. Tarikan gas Supra-X ku pun perlahan menurun. Kalapku dalam pagi Ramadhan itu tersadarkan lewat sebuah istighfar. Terkejut dengan apa yang baru saja aku lakukan. Mengejar Biru Langit!
Apa maksud? ku tak tahu. biru langit itu betapa merayuku untuk mengejarnya. Sesosok makhluk cantik keturunan hawa berada di boncengan sebuah motor itu. Dengan cara duduknya, dengan rok biru langitnya -yang pendek-, telah memancing siapa saja yang meliriknya untuk penasaran memandangnya, walaupun itu di bulan Puasa. Termasuk aku, yang adalah lelaki, yang fitrahnya menyenangi keindahan. Di bulan Ramadhan, dalam shaumku yang baru berumur kurang dari 2 jam.
***
Duh, kaum hawa... tolong bantu para pria sejagat raya ini menjaga pandangan dan kemaluannya. Tolong jangan pancing kami untuk menanggalkan iman kami. Tolong jaga penampilan dan tutur katamu untuk tetap tampil sopan, semoga dengan begitu membantu kami juga menghormatimu. Untuk juga bertindak lebih sopan pada kaum hawa.
Itu kisah di bulan Puasa, saat dimana banyak orang menyesuaikan penampilannya menjadi lebih sopan. Apalagi di bulan sekarang, setelah Ramadhan seolah cuma berlalu begitu saja. Mungkin akan lebih banyak lagi tantangan biru langit-biru langit lainnya yang memancing. Semoga Ramadhan kemarin adalah pelajaran buatku, untuk menghadapi cobaan-cobaan yang sesungguhnya. Semoga aku lebih siap untuk menjaga diriku, menjaga pandangan dan kemaluanku.
~written by *cupZ* from bdg with love...~
=fb=komen=