Suatu hari saudara saya mengajak diskusi tentang tempatnya bekerja, sebuah instansi pemerintah. Jabatannya di sana bukanlah PNS atau pejabat penting lainnya. Hanya pegawai biasa yang bertahun-tahun mengabdi, menunggu waktu
diangkat menjadi PNS. Walaupun waktu bertahun-tahun lama yang ia tunggu itu tak kunjung datang, berjalan tanpa ada kepastian. Kalah cepat dengan 'anak-anak baru' yang cuma dalam bulan-bulanan menjadi honorer tapi langsung diangkat jadi PNS, hanya karena riwayat kekeluargaan dengan pejabat. Intinya dia ingin mengungkapkan, betapa birokrasi instansi pemerintah di negeri ini begitu sangat mengecewakan bagi dirinya dan teman-teman seperjuangannya, walau diapun masih harus tetap menunggu ketidakpastian dan bertahan di tempat itu demi tetap bisa mengebulkan asap dapur keluarganya.
Dan baginya orang-orang yang ada dalam instansi pemerintah itu sudah pasti buruk, sebagaimana dia melihat para PNS berebut "tempat basah" dilokasinya bertugas. Dan Saudara saya itu pun percaya bahwa untuk masuk kedalam SISTEM SEMRAWUT macam itu maka manusia yang masuk kedalamnya pun harus ikutan meng-semrawutkan diri, ka
rena jika tidak maka dia bagaikan orang waras diantara banyak orang gila. Bagaimana tidak? katanya 'anak-anak baru' di tempat kerjanya seperti diceritakan diatas saja sudah bisa ngantor dengan bermobil pribadi tidak sampai setahun bekerja. Dia pun bercerita tentang seorang 'bapak jujur' yang merupakan PNS di instansi pemerintah tempat dia bertahun-tahun menjadi tenaga honor, betapa bapak jujur itu tidak kebagian apa-apa diantara rakusnya pegawai pemerintahan disekitarnya yang 'bermandi basah' dana pemerintah. Orang jujur seperti bapak itu akhirnya cuma terkucilkan dan disimpan di tempat kering... kerontang...
Hingga sang saudara sayapun ujungnya menganggap tempat saya bekerja yang juga merupakan instansi pemerintah pastilah tak jauh beda dengan lingkungannya, dimana pejabatnya ada yang hidup di tempat 'basah' dan ada yang 'kering' -begitu dia menyebutnya-. Apaan tuh basah dan kering? Sungguh saya tak pernah tau. Apa yang panjang lebar diceritakan saudara saya justru tidak saya temukan di tempat kerja saya saat ini. Kalau kisah-kisah tentang semrawutnya birokrasi dan instansi pemerintah memang sering saya dengar di koran, tv, dan media lainnya. Tapi sungguh,, itu bukan di tempat saya. Mungkin di tempat lain.
Saya hadir di instansi tempat saya mengabdi menjadi pembantu negara, pelayan masyarakat, adalah ketika instansi saya ini sedang melakukan perombakan bernama reformasi birokrasi yang disebut sebagai 'Quiet Revolution' oleh SBY, seperti dikutip dlm sebuah majalah. Sehingga ketika saya berada di dalam sini saya justru merasakan kenyamanan, merasa ternyata dunia kerja saya tidak seperti kebanyakan orang bilang, merasa terhormat bisa menjalankan tugas negara dengan jalan yang benar, dengan semestinya, bukan dengan ketakutan dan sembunyi-sembunyi yang mengganggu nurani. Saya rasa instansi tempat saya bekerja kini tidak seperti pandangan miring orang-orang dan media yang lebih suka melihat sisi negatif. Dulu mungkin begitu,, tapi sekarang,, kami semua disini siap berubah,, memperbaiki diri,, demi masa depan bangsa yang lebih baik. Jadi saya rasa pandangan saudara saya itu salah. Instansi pemerintah tidak seharusnya bobrok dan semrawut begitu. Bapak Jujur yang diceritakannya banyak terlihat dikantor saya, dan tidak dikucilkan. Kami banyak dan kami siap mewarnai perubahan instansi pemerintah. Kalaupun masih ada yang berantakan dan tidak menjalankan amanah ini dengan benar,, semoga perbaikan birokrasi pemerintah ini terus berkembang dan menyeluruh. Sehingga semua pegawai instansi pemerintah berisi bapak dan ibu jujur yang tidak lagi diasingkan. Bukan lagi orang waras diantara orang gila. Tapi banyak orang-orang waras yang siap membantu merehabilitasi yang gila. Semoga kedepannya akan selalu lebih baik...
Terakhir saya ingin menyuguhkan sebuah iklan layanan masyarakat yang membuat saya bangga bekerja di instansi saya, Direktorat Jenderal Pajak:
"betapa aku bangga dan bersyukur
dapat mengemban tugas mulia ini,
namun jalan berliku membentang di depan
berbagai rintangan dan tantangan membayangi setiap langkahku
aku harus teguh
tak boleh runtuh
terus melangkah
tak akan menyerah,
karena aku tahu
aku tak pernah sendiri
di setiap langkahku
di setiap kegamanganku
selalu ada tempat mengadu
selalu ada tangan maha kokoh
yang siap membimbingku
demi mewujudkan cita-cita bersama:
Bangsa yang sejahtera"
suka banget sama iklan pajak yang satu ini,,
melihat petugas pajak dari sisi yang berbeda,,
dari sisi Manusia,,
semoga cerita "orang pajak = korup" adalah cuma masa lalu.
karena kini kita semua siap berubah untuk masa depan =)
untuk Indonesia yang lebih baik.
~written by *cupZ* from bdg with love...~
=fb=komen=
bagus yah iklan pajaknya
BalasHapusane juga suka. serasa pengen jadi orang pajak
BalasHapushaha