Kuhabiskan 9 tahun masa kecilku disini, sejak Sekolah Dasar Hingga lulus SMP. Sampai tiba waktuku yang mengharuskan menjauh hingga hampir seribu kilometer jaraknya meninggalkan teman-teman dan sahabat kecilku tanpa pernah kutahu nomor hp dan kontak Whatsapp mereka (dulu blm ada WA, dan hanya bapak-bapak kaya yg pegang HP). Disinilah tempatku mengenal hidup dan pertemanan, ada sedikit juga kisah cinta-cintaan, cinta monyetnya anak sekolah yg malu-malu ga mau ketemu padahal suka. Tapi sepertinya sekarang kita juga sudah pada lupa. haha
Ya, begitulah masa lalu. Kalau pinjam bahasanya koes plus:
terlalu indah utk dilupakan,
terlalu sedih dikenangkan,
setelah aku jauh berjalan,
engkau kutinggalkan.
#Eaa! sudah-sudah ntar keterusan :D
Namun disinilah aku dibesarkan, dan aku pernah berjanji kelak aku yakin akan kembali lagi kesini. Walau ga harus menetap, cuma mampir aja kali yak :D. Males juga liat cuaca panas dan macetnya nyang naujubileh. Kata orang, hidup disini bikin kita tua dijalan. Berangkat kerja subuh anak masih tidur.. pulang ngantor jam 8 malem anak udah tidur pula. Eh busyeet.. kapan family time-nya kalo begino? Tapi bagaimana pun, mau tak mau, suka ataupun tidak, disinilah tempatku dibesarkan: Ciledug.
Lah kok Cileduk? Cileduk mah pan di Tangerang. Napa bukan cerite Jakarte aje ye?
Sabar-sabar, dulu napa bang, begini ni ceritanye. Apanan kemaren-maren orang pada cerita tentang HUT Kota Jakarta, ga mau ketinggalan aye juga mo ikutan dah posting tentang kebetawi-betawian, walaupun telat gpp yak! Ciledug kan betawi juge deket ame Jakarte. Hehehe.
(:balik ke bahasa Indonesia mode on:)
Sebetulnya tempat tinggal saya kecil di Ciledug ini, daerah Karang Tengah namanya, terletak di garis perbatasan Tangerang, Provinsi Banten (dulu masih Jawa Barat) dengan Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Bahasa daerah anak-anak sini lebih kental betawinya ketimbang bahasa sunda (Jabar). Padahal di sekolah muatan lokal kami belajar Bahasa Sunda, bukan bahasa Betawi. itulah sebabnya ketika sekarang anak saya menanyakan masa kecil sering saya bilang, Ayah tinggal di Ciledug Kak, dekat Monas, dekat Jakarta, heheu.
Walau cuma 14 hari disini, di Jakarta Barat, yang tepat berbatasan dengan Karang Tengah, Ciledug, tempat saya pernah kecil dan bertumbuh. Bersyukur sekali sempat menyambangi tempat saya tinggal dan bermain dahulu, walau sudah tak ada yg dikenali lagi disana. Rumah yg masih sama bentuknya, hanya pagar yg berubah warna. Polisi tidur depan rumah, yang suka dijadikan gawang saat kami main bola di jalanan, tong sampah yg masih belah, tiang listrik, garasi bus jemputan.. ah semua masih sama! Ku datangi juga Masjid dan Sekolah tempat ku mengaji dan menuntut ilmu, bentuk dan warnanya masih sama!
Masjid yg sama yg dipakai warga mengungsi dini hari sekali, dimana aku kecil dulu pernah begitu ketakutan, dipagi buta kami dibangunkan, orangtua kami sudah berkemas membawa bekal secukupnya, karena pada Mei 1998 itu terjadi kerusuhan, penjarahan, hingga pembakaran di Jakarta yg juga merembet hingga ke daerah kami.
Harapku, semoga tidak akan pernah terjadi lagi hal mengerikan seperti itu di negeri tercinta ini. Semoga negeri ini senantiasa dinaungi keberkahan dan lindungan dari Sang Maha Esa, Allah swt. Dimana rakyatnya merasakan keadilan, sehingga tak perlu lagi ada berbagai pertengkaran. Semoga saja tak akan terjadi lagi cerita pilu, karena trauma dan ketakutan itu masih membekas.
Dari meja kerja tempatku bertugas di jakarta barat, kutuliskan cerita ini: ke Jakarta aku kan kembali..
=fb=komen=