Suatu hari saya ngerasa jenuh banget dengan beban kerjaan yang makin hari makin menumpuk, apalagi saat itu menjelang libur lebaran. Gimana enggak,, rasanya seperti diserang bertubi-tubi beban yang berat dalam waktu berdekatan. Belum kelar yang satu,, yang lain datang ga kalah penting,, duh! Dan sampai sekarang, ketika libur lebaran berakhir,, kerjaan itu belum juga beres,, bahkan sebagian terpaksa dibawa pulang kerumah nemenin liburan lebaran saya yang sudah tidak lagi terasa seperti liburan.
Saya inget beberapa hari lalu sebelum lebaran ketika pikiran saya udah cukup butek dan jenuh dengan bertubi-tubinya kerjaan yang gak kelar -Bukan sengaja nggak dikerjain,, udah dikerjakan sebisa mungkin tapi hasilnya DITOLAK, jadinya NIHIL-. Lemess memang,, tapi saat itu saya justru bisa nulis status facebook yang tumben agak berbobot,, hehe. Waktu pikiran lagi berat gitu tiba-tiba inget aja dengan salah satu filosofi hidup si Kabayan,, tokoh dongeng Sunda yang terkenal dengan keluguannya. Dan status facebook saya berbunyi:
"si Kabayan akan tersenyum saat menemui jalan tanjakan. Karena dia tau, setelah menanjak gusti Alloh pasti menghadiahi jalan menurun yg tak lagi berat dilalui"
sehari sebelum itu saya juga pernah menulis status berbunyi:
"
jika kenyataan ternyata berbeda dgn rencana,,harusnya manusia berbaik sangka,,karena Allah punya rencana lebih baik yg tak disangka!"
yup,, ceritanya sekedar ngingetin diri sendiri aja yang saat itu ngerasa dunia ini nggak adil. Seolah kenapa cuma saya doang yang ngerasa berat dan terbebani dengan kerjaan,, bahkan harus korban capek, korban waktu, tenaga, bensin, kesana kemari supaya kerjaan cepet beres. Sedangkan di dekat saya kelihatan temen-temen yg bisa santai ditengah kerjaannya, dan mereka nggak membantu saya -apa mungkin saya yg ga sempet minta bantuan mereka? :D-. Planning yang sudah dibuat dan seolah-olah akan berhasil pun ternyata gagal. Kerjaan saya belum kelar dari target yang ditentukan :(. Saya bukan workaholic,, tapi seandainya kerjaan ini ga kelar tentunya imbasnya akan kena yang lain,, jadi saya maksa banget untuk bisa cepet-cepet ngeberesin to do list saya yang numpuk dan cuma dikerjakan sendirian ini.
Mungkin ini resiko saya karena ketika plan A gagal ternyata saya tidak menyiapkan plan B, sehingga saya harus kecewa. Ketika merasa berat, sedih, dan kecewa dengan tanjakan ujian kerjaan yang balum juga beres itu saya ingat salah satu kisah Si Kabayan. Dimana dia selalu bersyukur pada Tuhan. Kabayan tidak mengeluh ketika menghadapi cobaan, tapi dia juga bersyukur ketika mendapat kesenangan. Salah satu kisahnya yaitu dongeng kabayan yang malah tersenyum dan tertawa-tawa ketika perjalanannya harus mendaki bukit dan gunung dimana kebanyakan orang lain akan mengeluh karena jalan mendaki itu berat dan melelahkan. Tapi kabayan justru bisa tersenyum karena dia yakin nun jauh disana setelah melewati puncak pendakiannya dia pasti menemukan jalan menurun yang tentunya bisa ia syukuri karena perjalanannya akan lebih menyenangkan. Begitu juga seharusnya saya,, ketika saat ini merasa sedang melalui perjalanan yang berat harusnya saya yakin bahwa Tuhan pasti menyediakan kebahagiaan untuk beristirahat selepas perjalanan berat ini berlalu.
Yup,, begitulah mungkin seharusnya. Saya harus bisa berpositive thinking pada Tuhan ketika rencana ternyata berbeda dengan kenyataan. Jangan salahkan Tuhan ketika doa, keinginan, harapan kita seolah tak terkabul. Karena jalanan pun tak selamanya menanjak,, pasti ada jalan menurun, dan Tuhan akan mengabulkan keinginan kita dengan caranya, yang kadang tak diduga. Alhamdulillah,, Si Kabayan dibalik lugu dan kocaknya ternyata juga mengajarkan filosofi hidup.
Sebagai penutup, saya ingat sebuah cerita forward message seorang teman yang pernah masuk inbox saya, mudah-mudahan bisa memberi motivasi bagi teman-teman yang merasa selama ini doanya tak juga dikabulkan Tuhan. Judulnya Doa dan Bungkusan yang Ruwet:
====
Malam Jumat di Masjid Rungkut Jaya. Suatu kali. Saya pernah berdoa yang tak
biasa, Pak, kata Bu Kus membuka sesi pertanyaan. Apa itu, Bu Kus? Tanya Pak
Suherman Rosyidi, Sang Ustadz.
Suatu kali saya berdoa: Ya Allah, jadikan saya isteri yang selalu terlihat
cantik di mata suami.
Doa yang bagus, dong ; sergah Pak Ustadz, lalu apa yang terjadi?
Ya, memang bagus, Pak Herman. Tetapi, esok harinya wajah saya mulai
ditumbuhi jerawat yang saya tidak tahu darimana datangnya. Banyak. Beberapa
hari kemudian malah memenuhi seluruh wajah. Saya jadi kebingungan.
Akhirnya mau tidak mau saya harus menjalani perawatan kecantikan wajah ke
sebuah salon kecantikan, suatu hal yang tidak pernah saya lakukan. Saya
harus datang ke tempat itu untuk membersihkan jerawat di muka saya.
Berkali-kali. Berhari-hari. Hasilnya tentu saja mengejutkan saya. Wajah
saya menjadi lebih bersih dari semula. Lebih cantik.
Berarti doa ibu dikabulkan sama Allah. Ya nggak?
Ya, sih Pak. Tetapi itu belum seberapa, Pak.
Maksudnya gimana?
Saya juga pernah berdoa yang tak biasa, Pak. Doa yang lain.
Apa itu?
Saya berdoa agar Allah menjadikan saya isteri yang setia pada suami.
Doa yang bagus juga. Lalu apa yang terjadi, Bu?
Esok harinya, suami saya jatuh sakit. Tak bisa bangun. Ia harus dirawat di
rumah sakit. Berhari-hari. Saya mau tak mau harus menungguinya selama
terbaring itu. Saya bahkan sampai merasa itu semua seperti ujian
bagi saya. Ujian terhadap kesetiaan saya, apakah saya tetap setia pada
suami apa tidak.Saya seketika teringat akan doa yang pernah saya panjatkan
sebelumnya.
Berarti doa ibu dikabulkan sama Allah. Ya nggak?
Ya, sih, Pak.
Lalu sekarang, pertanyaannya Ibu apa?
Bukan pertanyaan, Pak.
Lalu apa?
Sekarang ini, saya justru merasa takut untuk berdoa. Gimana ini?
***
Apakah Tuhan memberikan apa yang engkau harap dengan mengantarkannya dalam
bungkusan yang indah ?
Neno Warisman pernah bertanya demikian pada sebuah acara di televisi,
mengutip pernyataan seorang pakar yang aku lupa namanya.
Tidak! Lanjut Neno. Tuhan tidak mengantarkan apa yang engkau minta dalam
sebuah bungkusan yang menarik lagi indah. Bahkan Ia mengantarkannya dalam
bungkusan yang jelek, ruwet, carut-marut, dan kelihatannya sukar untuk
dibuka.
Pertanyaannya adalah: mengapa?
Itu tidak lain karena Ia ingin melihat bagaimana engkau membuka bungkusan
itu dengan penuh kesabaran, telaten, bersusah-payah lapis demi lapis,
sedikit demi sedikit, terus, terus, dan terus. Tak pernah berhenti
apalagi berpaling. Hingga pada akhirnya bungkus terakhir terbuka dan engkau
mendapatkan sesuatu yang engkau harapkan ada di dalamnya.
Bukankah Allah pasti akan mengabulkan apa yang hamba-Nya pinta? Kuncinya
kalau begitu adalah: jangan pernah berhenti memuja.
Jangan pernah berhenti berharap.
Allah tidak tidur.
Allah Maha Mengetahui.
Allah Maha Mendengar.
Dia Maha Rahman dan Rahim.
Sungguh tak ada yang sepatutnya kita lakukan kecuali selalu berprasangka
baik pada setiap pemberian-Nya. Entah nikmat, entah musibah. Karena musibah
pun mungkin hanyalah bungkus belaka; yang selayaknya kita yakini bahwa itu
semua hanya karena Ia ingin melihat kita membukanya dengan sepenuh cinta.
Berprasangka baiklah terhadap setiap 'keputusan' Allah ....
sumber: forward message,
ditemukan juga di http://forum.dudung.net/index.php/topic,12582.0.html
pic: http://ferdiand-haniif.blogspot.com/
=fb=komen=
::Pencarian Cepat::
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
seribu kurang sedepa Kuhabiskan 9 tahun masa kecilku disini, sejak Sekolah Dasar Hingga lulus SMP. Sampai tiba waktuku yang mengharus...
-
Kubuka google.com,, kutuliskan apa yang sangat kubutuhkan pagi itu,, "Mohon Tuhan untuk kali ini saja beri aku kekuatan" kata-kata...
-
Download Jadwal Piala Dunia Afrika Selatan 2010 - Fifa World Cup South Africa 2010 Schedule Baru dapet kiriman elektronik nih dari seorang t...
-
Seminggu sudah bulan Ramadhan berjalan,, Banyak masyarakat Indonesia yang menghabiskan waktu menunggu adzan Magrib dan saat santap sahur den...
salam sahabat
BalasHapuswah panjang banget hehehe senyum membawa berkah itulah yg diharapkan ok good luck ya
hehe,, tau mba. mo nulis secukupnya malah jadi panjang lebar,, hehe maklum kemaren lagi ruwet :P
BalasHapus