notes: tulisan ini cuma pandangan pribadi si penulis. heheu
Awalnya isi kepala saya ingin membuat judul "Instagram, Aplikasi Terburuk Tahun 2018", karena memang ide menulisnya sudah ada sejak akhir tahun 2018. Ceritanya mau gaya-gayaan review akhir tahun,, tapi ga terlaksana karena kebanyakan mikir. Setidaknya ini adalah postingan pertama saya di 2019, masih hangatlah yaa *maksa xD*. Hingga akhirnya takdir berkata lain, karena tangan saya malah mengetik berbeda seperti yang jadi judul postingan ini.
Kenapa saya bilang IG (instagram) sebagai aplikasi paling nggak banget abad ini? Jawabnya adalah karena memang sepanjang abad ini berlangsung, instagram jadi aplikasi paling jarang dibuka di gadget pribadi saya kecuali sekedar untuk upload foto lagi makan/minum lalu dapat diskon di kedai-kedai yg sedang promo. Haha...
Kehadiran instagram memang perlahan membuat pegiat media sosial mulai beralih meninggalkan facebook. Mungkin lama kelamaan netizen bosan juga dengan konten facebook yang nggak lagi menarik. Apalagi isu keamanan privasi yang menerpa facebook membuat netizen lebih hati-hati. Walaupun tanpa banyak diketahui orang justru facebook dengan cerdas pada 2012 akhirnya membeli isntagram sebelum keduluan oleh google yang juga mengincarnya. Instagram dibeli murah dengan cuma seharga U$D 1 miliar dibandingkan aplikasi chatting masakini, WhatsApp, yang dibeli sensasional dengan banderol U$D 19 miliar. Dari tahun ke tahun pengguna IG pun terus meningkat pesat. Lantas kenapa saya bilang IG nggak banget?
Alasan Pertama | dari segi guna, manfaat, dan fungsinya. Sepenelusuran saya atas keresahan diri melihat kelakuan pengguna IG yang mengkhawatirkan dunia permedia-sosialan, saya kira facebook masih jauh lebih juara, berguna, manfaat, dan lebih berfungsi ketimbang medsos yang satu ini. Ketika kita ditanya apa fungsi dari media sosial, mungkin sebagian akan menjawab "sebagai ajang silaturahmi". Yup media sosial memang bisa mempertemukan kita dengan kawan lama! yang jauh menjadi dekat, yang dekat kian merapat. Itu harapannya. Walau terkadang kenyataan tak selalu sejalan dengan harapan.
Dan FB (facebook) bisa menjalankan fungsi mempererat silaturahmi tersebut, dimana kita bisa saling sapa melalui status fb, bisa saling berbalas pantun pada dinding/wall FB, bisa japri-japrian alias kirim pesan private. Unggah foto yang dikategorikan dalam setiap albumnya, membuat event dan menginvite teman yang dikehendaki, membuat grup dari komunitas hobi sampai teman sekolah, main game dan mengikuti test kepribadian dan sejenisnya untuk sekedar lucu-lucuan. Semuanya tak lepas dari menunggu like, komentar, dan interaksi (silaturahmi -red) didalamnya. Kita bisa melihat profil lengkap untuk memastikan apa benar pemilik akun ini adalah dia yang kita kenal di dunia nyata, kita bisa pastikan dengan mengecek profilnya mulai dari pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, nama panggilan, info kontak, keluarga, dan info detil lainnya yang mungkin dicantumkan si pemilik akun.
Lantas apa yang bisa dilakukan IG? fungsi utamanya hanya mengupload foto! sama seperti yang bisa dilakukan facebook jauh-jauh hari sebelumnya. Mungkin kelebihannya sebagaimana disampaikan Mark Zuckerberg saat mengakuisisi IG pada 2012 silam adalah kemudahannya dalam mengunggah dan mengedit foto menjadi jauh lebih cantik dari aslinya. Karenanya, jangan mudah tertipu melihat makhluk-makhluk sempurna di media sosial, bisa jadi hanya pulasan teknologi.
Alasan Kedua | Sebagian besar pengguna IG cuma menjadi manusia-manusia pengikut alias followers yang akhirnya ingin hidup seperti orang lain. Jika di FB banyak bertebaran akun-akun palsu para artis dan tokoh terkenal, di instagram justru banyak akun official dari artis dan tokoh, sehingga disinilah potensi hadirnya para followers yang ingin bisa berinteraksi langsung dengan idolanya, tidak lagi tertipu akun palsu seperti di facebook.
Lalu kemana sebagian kecilnya? yaa.. itu. Merekalah para artis dan selebgram yang punya jutaan followers, yang hidupnya pura-pura sempurna. Padahal kebahagiaan yang ditunjukkan via media sosial, wabil khusus instagram, adalah sama dengan tidak menjamin bahwa kehidupan nyata mereka itu seindah dan sesempurna yang mereka sombongkan. Lihat artis Gisel-Gading yang begitu bahagia dan sempurna hidupnya (#eaa korban infotainment). Mereka keluarga bahagia, banyak duit, rupawan, punya anak pintar lucu menggemaskan di instagram. Tapi tanpa diduga-duga rupanya mereka memutuskan berpisah tanpa kita lihat ada celah kekurangan atau ketidakcocokan diantara mereka. Artinya kehidupan nyata kita ada di depan mata bro... jangan terus terpukau melihat kesempurnaan seorang tokoh atau artis di layar gadget. Mereka, -baik artis atau bukan- hanya ingin menunjukkan (menyombongkan -red.) kesuksesan mereka materi dan non materi agar terlihat sempurna hidupnya dimata orang lain, siapa yang tau dibalik topeng gadget dan instagramnya ternyata mereka pun manusia biasa yang sama seperti kita, punya banyak kekurangan dan keterbatasan.
Alasan Ketiga | Hampir tak ada privasi! Setiap saat followers menunggu postingan baru idola mereka untuk dikomentari. Dengan mudah kita bisa masuk ruang-ruang pribadi para artis dan selebgram, kita bisa tahu rumah mewah mereka, isi ruang tamu dan koleksi barang branded mereka. Bahkan sampai ruang kamar tidur pribadi yang dulu tabu hanya milik pribadi suami-istri sekarang malah diumbar kepada jutaan mata dunia maya untuk bisa memandangnya, mengetahui isinya. Tak jarang foto-foto pribadipun dilepas bebas, pose yang lupa diri, sampai tahi lalat dan tato di daerah tersembunyi bisa kita tahu letaknya padahal takkan terlihat jika cuma melihat akting artis ini dalam sinetron.
hipwee.com |
Karenanya menurut saya, jika tidak bisa menghentikan selfie selfie kesombongan dan stalking kehidupan sempurna orang lain di IG, setidaknya mulai sekarang mari kita kurangi ketergantungan terhadap aplikasi yg menurut saya nggak banget ini. Matikan instagram, simpan gadget kita, dan buka mata kita melihat kehidupan nyata yang lebih pantas kita hadapi ketimbang memelototi kesempurnaan orang lain yang rupanya cuma semu belaka... saking asyiknya menundukkan kepala tak terasa waktu pun banyak terbuang...
Kalau orang Jakarta bilang gara-gara jalanan macet mereka tua di jalan, barangkali gara-gara hal ini kita malah jadi tua di medsos.. coba dongakkan angkat kepala, lihat waktu, lihat cermin, diri ini ternyata lupa memoles diri... benahi keluarga, benahi hati, yang justru kering tak disirami.
Karena hidup cuma sekali, yuk buat hadirnya kita memberi arti!
=========================================
~written by *cupZ* from bdg with love...~
=fb=komen=