=FB=LAMA===== ==HAPUS= ===

::Pencarian Cepat::

Senin, 28 April 2025

Asal Usul Gunung Manglayang

Mari kita berlayar dalam kisah panjang tentang bagaimana Gunung Manglayang menjulang tinggi. 

Pada zaman dahulu, jauh sebelum gemuruh kendaraan dan riuhnya kota memenuhi lembah, hiduplah dua kerajaan yang bertetangga damai. Kerajaan Kahuripan yang subur dipimpin oleh Raja Angkasa yang bijaksana, sementara Kerajaan Mandalawangi yang elok diperintah oleh Ratu Sinta yang berhati lembut.

Suatu hari, Raja Angkasa memiliki seorang putra yang gagah berani bernama Raden Wijaya. Pemuda itu memiliki mata setajam elang dan hati sehangat mentari pagi. Di sisi lain, Ratu Sinta dikaruniai seorang putri yang kecantikannya bagai rembulan purnama, bernama Putri Layang Sari. Kulitnya sehalus sutra, dan senyumnya mampu meneduhkan hati yang gundah.

Takdir mempertemukan kedua insan muda ini dalam sebuah perayaan panen di perbatasan kedua kerajaan. Pandangan pertama mereka bagai kilat yang menyambar di langit cerah. Sejak saat itu, hati Raden Wijaya terpaut erat pada Putri Layang Sari, begitu pula sebaliknya.
Mereka sering bertemu diam-diam di hutan perbatasan, bertukar cerita dan berbagi mimpi. Suatu senja, di bawah rindangnya pohon beringin, Raden Wijaya memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya.

"Putri Layang Sari," ucapnya dengan suara bergetar halus, "sejak pertama kali melihatmu, hatiku telah menjadi milikmu. Maukah engkau menjadi pendamping hidupku?"

Wajah Putri Layang Sari merona bagai senja yang membias di awan. Dengan suara lembut bagai desiran angin, ia menjawab, "Wahai Raden Wijaya, hatiku pun telah lama tertambat padamu. Aku bersedia menjadi istrimu."

Kabar bahagia ini segera disampaikan kepada Raja Angkasa dan Ratu Sinta. Kedua penguasa bijak itu sangat gembira melihat cinta yang tumbuh di antara putra dan putri mereka. Mereka pun sepakat untuk segera mempersiapkan pernikahan yang agung.

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Seorang pangeran dari kerajaan jauh, Pangeran Gagak Seta, mendengar tentang kecantikan Putri Layang Sari. Ia memiliki ambisi besar dan menginginkan sang putri menjadi permaisurinya. Ketika lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Ratu Sinta, amarahnya membara bagai api yang tak terkendali.

Pangeran Gagak Seta kemudian menyusun rencana jahat. Ia mengirimkan utusan palsu ke Kerajaan Kahuripan, membawa berita bohong bahwa Kerajaan Mandalawangi sedang diserang oleh bangsa asing. Mendengar kabar buruk itu, Raden Wijaya tanpa berpikir panjang segera mengumpulkan pasukannya dan bergegas menuju perbatasan.

Sementara itu, Pangeran Gagak Seta dengan pasukannya yang tersembunyi menyerbu Kerajaan Mandalawangi. Mereka berhasil mengejutkan para penjaga dan memasuki istana. Ratu Sinta dan para dayang berusaha melindungi Putri Layang Sari, namun kekuatan mereka tak sebanding.

Ketika Raden Wijaya tiba di perbatasan dan menyadari bahwa ia telah ditipu, hatinya hancur berkeping-keping. Ia segera memutar balik pasukannya, namun sudah terlambat. Kerajaan Mandalawangi telah jatuh ke tangan Pangeran Gagak Seta.

Dengan amarah membara, Raden Wijaya menyerbu istana. Pertempuran sengit tak terhindarkan. Pedang beradu pedang, tombak menghantam perisai, dan teriakan prajurit memecah keheningan malam. Raden Wijaya bertarung dengan gagah berani, menerobos barisan musuh untuk mencari Putri Layang Sari.

Akhirnya, ia menemukan sang putri yang sedang diseret paksa oleh Pangeran Gagak Seta. Tanpa ragu, Raden Wijaya menantang pangeran licik itu dalam pertarungan satu lawan satu.

"Lepaskan Putri Layang Sari, Pangeran!" seru Raden Wijaya dengan suara menggelegar.
Pangeran Gagak Seta tertawa sinis. "Jangan harap, Pangeran Kahuripan! Putri secantik ini pantas menjadi milikku!"

Pertarungan sengit pun terjadi. Kedua pangeran saling menyerang dengan keganasan yang luar biasa. Namun, dengan keberanian dan cinta yang membakar dalam hatinya, Raden Wijaya berhasil melumpuhkan Pangeran Gagak Seta.

Sayangnya, dalam kekacauan pertempuran, Putri Layang Sari terkena anak panah nyasar. Raden Wijaya segera menghampirinya dan memangku tubuh sang kekasih yang mulai melemah.

"Wijaya... cintaku..." bisik Putri Layang Sari dengan suara lirih.
"Jangan bicara, Layang Sari. Kita akan baik-baik saja," jawab Raden Wijaya dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Ingatlah janjiku... aku akan selalu mencintaimu..." ucap Putri Layang Sari sebelum menghembuskan napas terakhirnya di pelukan Raden Wijaya.

Hati Raden Wijaya hancur berkeping-keping. Kesedihan yang mendalam menusuk jiwanya. Ia memeluk erat tubuh Putri Layang Sari, tak peduli dengan pertempuran yang masih berkecamuk di sekitarnya.

Konon, kesedihan Raden Wijaya yang mendalam itu begitu dahsyat hingga mengguncang bumi. Air matanya yang tak tertahankan membanjiri lembah, dan tubuh Putri Layang Sari yang ia peluk erat menjelma menjadi sebuah gunung yang menjulang tinggi. Gunung itu kemudian dikenal sebagai Gunung Layang, sebagai pengingat akan kecantikan dan cinta abadi Putri Layang Sari.

Raden Wijaya, dengan hati yang terluka, memerintahkan pasukannya untuk menguburkan Pangeran Gagak Seta di kaki gunung itu sebagai hukuman atas kejahatannya. Kemudian, ia membangun sebuah pertapaan di lereng gunung, menghabiskan sisa hidupnya untuk mengenang sang pujaan hati.

Seiring berjalannya waktu, nama Gunung Layang berubah menjadi Gunung Manglayang, sebuah nama yang tetap menyimpan kisah cinta yang tragis dan mendalam antara Raden Wijaya dan Putri Layang Sari. Masyarakat sekitar percaya bahwa kabut yang sering menyelimuti puncak gunung adalah air mata kerinduan Raden Wijaya yang tak pernah pudar.

Begitulah cerita tentang asal usul Gunung Manglayang, sebuah gunung yang tidak hanya menjulang tinggi secara fisik, tetapi juga menyimpan kisah cinta dan pengorbanan yang abadi. 

========================================= ~written by *cupZ* from tangsel with love...~ =fb=komen=
==========FB=KOMEN=
Comments
0 Comments
===========

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

::jangan cuma numpang baca::
Kasi komentar juga ya! ;)
*thx

::statistik::

Entri Populer

Pengikut

 
========== ==========