😡 MARAH!!!
Suatu hari di momen resmi perpisahan atas kepindahan pekerjaan, aku ditanya: "Kenapa sih kamu selama 5 tahun di kantor ini dikenal tak pernah marah, bahkan kebanyakan senyum menghadapi berbagai tipe orang yg ditemui?", waktu itu kujawab aku hanya marah jika Persib kalah.
Yah memang entah kenapa, saat Persib kalah bertanding kadang aku merasa seperti wanita yg sedang PMS. Senggol dikit bacok. Haha kasar banget sih itu. Nggak se-ekstrim itulah. Mungkin karena terlalu cinta. Tapi at least, jika persib kalah emg rasanya tubuh ini jd lebih sensi aja. Gak suka diledekin, apalagi ada yg gangguin. Siap siap akan kena terkam*. Becanda lagi. Saya bukan singa kok, gabisa menerkam lawan. Heu
Okey saya emang jarang bisa marah. Tapi malam ini saya sedang ingin MARAH. Apa sebab? Begini ceritanya: Malam-malam begini istri curhat tentang kelakuan guru di sekolah anakku. Mata yg sudah tinggal 5 watt mendadak kini terbelakak. Intinya anakku sdh ga dianggap lagi ada di kelas itu! Seharusnya murid di kelas ini berjumlah 19 siswa, sudah dikonfirmasi sebelumnya dan sang guru mengiyakan ada 19 siswa termasuk anak kami. Namun tercatat dalam 2 kali momen absensi di grup kelas itu, si guru hanya menghitung 18 murid. Ada 1 orang tersisa, siapa lagi kalau bukan anakku. Arrrghhh Kezel kan? KZL no. 1
Orangtua mana yg takkan marah jika anak tercintanya tak dianggap di sekolah? Memang anak kami sekarang sedang punya kendala utk sekolah tatap muka. Ia tipe anak yg tidak mudah utk bertemu orang baru. Kami butuh bantuan profesional utk menangani psikologis anak seperti ini. Dan di sekolah swasta seperti inilah harapan kami anak bisa dibimbing psikolog ataupun guru BK nya. Namun tak seperti di sekolah lain, sudah 1 semester lebih tak kunjung kami dapati psikolog anak di sekolah ini.
Anak kami memang blm bisa hadir secara fisik di sekolah.Tapi mbok ya bukan begini caranya mengusir murid keluar dari sekolah. Kami butuh support moril dan dukungan nyata dari sekolah. Kami tahu ada murid baru yg masuk di kelas itu sehingga anak kami yg notabene-nya butuh perhatian khusus malah ditinggalkan. Cari murid baru yg tidak 'bermasalah' yg penting uang bayaran masuk kantong.
Hey! Wahai guru dan sekolah yg terhormat. Kami menyekolahkan anak kami disitu gak gratisan loh,, anak kami telah lolos ujian masuk dan bahkan telah membayar lunas biaya sekolah 6 bulan sebelum dimulainya tahun ajaran baru.
Bukan cuma ttg absensi anak kami yg tak lagi dianggap keberadaannya. Di lain kesempatan istriku pernah menyempatkan diri bertemu guru wali kelas untuk mengambil tugas di sekolah. Saat bertemu, istriku mengajak gurunya videocall dgn anak dirumah, maksudnya supaya mendapat perhatian dan minimal say hello guru kepada murid. Ternyata apa yg terjadi? Si guru seperti enggan menyapa anakku di vcall, hanya bilang Oya udh tau kok bu sdh kemarin ketemu waktu bersama Ayahnya kesini. Sama sekali ga ada perhatian kepada muridnya yg punya kendala bersekolah, padahal anak saya sama-sama siswa murid ibu guru looh. Jangan dibeda-bedakan. Bahkan harusnya guru punya inisiatif menanyakan kabar murid yg tak sekolah, melakukan home visit. Dan melakukan hal lain sebagai bentuk perhatian. Kzl no. 2.
Anda tau apa yg terjadi waktu saya sebagai ayahnya mengajak anak ke sekolah agar mau ketemu gurunya? Saat itu anakku memang tak mau turun dari kendaraan karena dia masih punya ketakutan jika bertemu dgn org baru. Bukannya menyambut anak murid yg tak mau brgkt sekolah dgn ceria riang gembira, yg ada si guru ini malah menolak dengan alasan ia mau pergi ke bank. Sedangkan saya saat itu sudah ada di lobby sekolah bersama anak. Hellooowwww ini anak muridnya susah payah dibawa utk mau datang ke sekolah, mbok ya gurunya menyambut dengan senyuman kek, ajak anaknya melihat kelas ruang belajarnya kek... Ini harus dipaksa via telpon dulu baru si guru mau menemui anakku di lobby sekolah. KZL no 3.
Okey sebelumnya di SD swasta ini anak kami masuk rangking terbawah dari seluruh murid kelas 1 di 6 kelas yg ada. WHATTT MASIH ADA RANKING DI SEKOLAH SWASTA? Jawabannya Ya! Padahal saya memasukkan anak ke sekolah swasta salah satunya utk menghindari pemeringkatan semacam rangking yg masih di praktekkan di sekolah negeri. Memang bukan rangking raport, tapi rangking hafalan Quran. Mau ngeles bagaimanapun ttp saja ini namanya pemeringkatan yg pasti akan berpengaruh buat psikologi anak dan org tuanya. Kami marah atas publikasi rangking hafalan yg disebarluaskan ini. Dan kami minta pindah kelas. KZL No. 4
Dan akhirnya ketika momen bagi raport semester 1 apakah anda tau bagaimana kami orgtua murid yg sudah membayar lunas biaya pendidikan dipermalukan? Mengingat anak kami pindah kelas, beberapa hari sebelum pembagian raport sy konfirmasi ke guru utk memastikan dimana kami bagi raport. Guru menjawab di kelas baru. Oke datanglah hari H. Dan istri mengantri lama di kelas yg ditentukan, setiap orangtua rata2 kebagian konsultasi 15-20 menit membicarakan perkembangan anaknya di sekolah. Hingga tiba utk bertemu wali kelas, dia malah bingung oh ibunya anak itu, raport nya ada di kelas lama silakan kesana aja. Tanpa sopan santun seolah guru dari kelas baru ini enggan kedatangan murid pindahan yg bermasalah dr kelas lain, apalagi murid pindahan ini punya masalah dgn sekolah tatap muka, lalu track record paling bontot dalam hafalan. Mungkin prestasi anak saya dianggap akan menurunkan standar nilai dikelasnya. Hmmm KZL 5.
Dengan tampang jutek dan tidak berkenan, demikian juga dengan guru pendamping disebelahnya sama sekali tidak ramah dan tanpa memperkenalkan diri atau bertanya kabar sedikitpun ttg perkembangan anak saya. Tidak ada sesi konsultasi sedikit pun saat momen bagi raport. Tidak ada saran dan masukan buat kami sbg orgtua. Sudah capek-capek antri lama akhirnya cuma di pingpong suruh bertemu gurunya di kelas lama. Dari guru di kelas lama di pingpong lagi ke bagian TU. KZL 6.
Beginikah cara sekolah yg baik memperlakukan anak muridnya? Anak kami memang butuh perhatian khusus, bukan cuma dari orangtua, tapi juga dari lembaga pendidikan dimana kami menitipkan investasi anak kami disana.
Entah bagaimana kelanjutan pendidikan anak kami. Setidaknya malam ini saya tahu. Saya harus segera mengeluarkannya dari sekolah tak beretika ini. Semoga kelak guru-guru yg soleh solehah pintar dan hafiz quran di sekolah ini juga diajari etika, adab sebelum ilmu.
Akhirnya saya sadar, ternyata saya bisa marah jika seseorang yg saya cintai dilecehkan, dianggap remeh, tak dihargai. Pantaskah saya marah? Silakan anda nilai sendiri.