Belakangan ini para orangtua mungkin di sibukkan dengan banyak kekhawatirannya akan menjamurnya gaya hidup baru. Gaya hidup facebook,, gaya hidup dunia maya. Dimana terlihat banyak anak-anak -mungkin- beranggapan kehidupan sosial dan interaksi dunia nyata sudah tidak diperlukan lagi. Jika dulu anak-anak Indonesia senang bermain dan punya banyak teman diluar rumah, bermain dengan tetangga di lingkungan, maka mungkin di era dunia maya yang merambah anak-anak sekarang mereka malah memilih untuk lebih suka dengan gaya hidup facebook, mungkin karena orangtuanya pun suka dengan gaya hidup baru ini..:::~:::.
Ketika kaulinan barudak (permainan anak tradisional diluar rumah) mulai terlupakan, awalnya anak-anak mulai meninggalkan interaksi diluar rumah dengan hobi baru bernama game modern, diwakili oleh datangnya generasi playstation. Anak-anak lebih suka bermain di dalam rumah dengan berbagai imajinasi dan kepuasan yg bisa mereka dapat lewat mesin permainan yang mahal dan modern ini. Jika pun orangtua mereka tidak mampu membeli seperangkat mesin game mahal ini,, maka sebagian anak-anak memilih 'menabungkan' uang jajan mereka untuk menyewa playstation ini di rental-rantal PS yang terkenal banyak menjamur dari kota hingga ke wilayah pedesaan di Indonesia. Mereka masih bermain dengan teman-temannya walaupun tidak lagi diluar rumah,, kini di depan tv,, bisa di rumah teman ataupun di tempat-tempat penyewaan. Berjam-jam waktu mereka habiskan lebih dari waktu-waktu yang dulu dihabiskan orangtua mereka untuk bermain tradisional diluar rumah. Lupa waktu, kadang lupa kewajiban. Merekapun jadi anak yang tak bergerak aktif,, mungkin hanya jempol dan beberapa jarinya yang terasah Era PS (playstation) perlahan beralih,, dimulai dari menjamurnya game online di kota besar,, merambah perlahan ke desa yang masih sibuk dengan rental playstation. Tak sedikit rental PS pun berubah menjadi rental game online. Anak-anak berseragam sekolah -entah sepulang sekolah atau mungkin bolos sekolah- pun ramai mengunjungi era baru permainan game. Kini mereka tak lagi berinteraksi langsung seperti permainan tradisional. Tak juga beradu langsung seperti PS yang bisa dimainkan 2 player. Era baru bernama game online ini mengajak mereka berteman dengan sesuatu yang tak nampak, ghaib mungkin? yup,, memang tak nampak,, teman mereka,, lawan-lawan mereka dalam permainan ini adalah orang yang secara nyata tidak mereka kenal. Kehidupan dunia maya perlahan meninggalkan dunia nyata,, dunia sesungguhnya dimana seharusnya mereka survive, merajut persiapan menuju masa depan. Bukan bermimpi, melalui imajinasi yang terlalu tinggi, kadang juga tak pasti.
Era facebook kini mewabah. Perlahan dunia nyata mereka alihkan ke dunia maya. Anak-anak punya banyak teman. Ya teman,, tapi mereka tidak tahu apa yang mereka jadikan teman itu benar-benar teman atau pagar makan tanaman. Banyak cerita yang mengisahkan pertemanan anak-anak di dunia maya justru membuat mereka celaka. Banyak anak-anak yang terlalu yakin dan percaya dengan kebenaran dunia maya yang sesungguhnya tak nyata ini. Mungkin beberapa dari daftar teman mereka adalah teman nyata mereka di sekolah. Tapi siapa yang tau ketika seorang teman yang tidak mereka kenal di dunia nyata ternyata mengajak bertemu dan membawa kabur seorang anak ingusan. Foto lucu, keren, gagah, yang mereka lihat di akun facebook tidaklah sama dengan kenyataannya saat bertemu. Orang yang seolah baik di dunia maya pun ternyata justru menculik sang anak yang di akun facebooknya menyatakan dia cinta mati. Betapa terkejutnya sang orangtua ketika sadar anaknya yang belum cukup umur itu ternyata menjalin cinta mati lewat facebook dengan pemuda yang tidak dikenalnya di dunia nyata.Yup,, sebuah ironi ketika teknologi yang merupakan keharusan zaman ternyata tidak begitu ramah dan aman untuk anak-anak. Perhatian dan pendampingan orangtua yang mengenalkan ternyata mutlak diperlukan.
***Menyadari hal ini jejaring sosial facebook mencoba meluncurkan jejaring sosial yang ramah untuk anak. Merekapun melibatkan pendampingan orangtua untuk bisa mengawasi pertemanan anaknya di dunia maya.
Jejaring sosial khusus anak ini diberi nama togetherville. Menu login togetherville ada dua, "grownups" dan "kids". Menu grownups diperuntukkan untuk orangtua mereka yang mendaftarkan anak-anak untuk bergabung dan mengawasinya, sedangkan menu kids merupakan jalan masuk untuk anak-anak berinteraksi dengan teman-teman sebayanya di dunia maya. Orangtua bisa login ke togetherville ini menggunakan akun facebooknya, orangtua pun bisa memilihkan akses-akses yang diijinkan untuk diberikan kepada anaknya. Bentuk jejaring sosial ini sendiri menyerupai facebook, hanya bedanya orangtua bisa memantau anaknya. Orang dewasa yang bisa berinteraksi dengan anak dipilih oleh orangtua dan hanya orang dewasa yang menjadi teman orangtuanya di facebook, jadi anak terlindung dari kriminalitas dunia maya.
Togetherville juga menyajikan berbagai permainan mengasyikkan untuk anak, bisa dimainkan bersama orangtua ataupun teman-teman mereka. Togetherville mengklaim permainan, video, dan menu yang mereka tawarkan adalah yang baik untuk perkembangan anak-anak di dunia maya. Mereka bisa bermain game, menggambar, membuat proyek karya seni, kartu ulang tahun, logo, dan hal menyenangkan lain yang mereka temui juga di facebook. Orangtua bahkan bisa memberikan hadiah virtual jika anaknya berhasil menciptakan karya seni di togetherville ini.
disarikan dari Technopolis - Media Indonesia, Edisi 24 Juli 2010
***
Yup,, sebuah tawaran baru yang -mungkin- aman untuk anak-anak yang mau tidak mau harus mengenal teknologi dan dunia maya. Pertanyaannya,, apakah anak-anak tertarik dengan dunia maya yang dibatasi dan di pantau orangtua semacam ini? :D
=fb=komen=
0 Comments
